Menikah Setelah 20 Tahun Putus
Koo Jun Yup merupakan musisi generasi 1 Korea Selatan sekaligus DJ yang tergabung dalam duo bernama Clon. Pada Selasa, 8 Maret 2022 lewat Instagram, ia menyampaikan kabar telah menikah dengan Barbie Hsu.
“Aku memutuskan menikah dengan kekasihku dari 20 tahun yang lalu. Aku mendengar tentang perceraiannya dan menghubunginya di nomor yang aku simpan selama dua dekade,” ungkapnya di Instagram @djkoo.
Koo Jun Yup merasa lega karena nomor Barbie Hsu masih sama. Mereka sadar bahwa di usia saat ini bukan lagi masa untuk membuang waktu. Sehingga Koo Jun Yup langsung melamar Barbie dan diterima.
“Kami akan tinggal bersama setelah mendaftarkan pernikahan ini. Mohon berbahagia atas pernikahan kami,” tutur Koo Jun Yup.
Koo Jun Yup sekarang berumur 52 tahun sementara Barbie 45 tahun. Ini adalah pernikahan pertama bagi Koo.
Suami Selingkuh, Bolehkan Istri Menggugat Cerai?
Assalamu ‘Alaikum Ustadz, apakah boleh minta cerai sama suami karena suami selingkuh dan suami tidak memperjuangkan rumah tangga? Bagaimana ustadz maksudnya suami tdk merasa bersalah.
Wa'alaikumus Salam warahmatullah ...
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah. Shalawat dan salam atas Rasulullah dan keluarganya.
Ibu penanya –rahimakillah-, kami turut bersedih dengan musibah dalam rumah tangga ibu. Semoga Allah berikan jalan keluar terbaik untuk ibu dan anak-anak.
Pada dasarnya, seorang wanita haram meminta cerai tanpa ada alasan yang dibenarkan syariat. Bahkan ini termasuk dosa besar yang wajib dijauhi dan ditinggalkan seorang muslimah.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
أَيُّمَا امْرَأَةٍ سَأَلَتْ زَوْجَهَا طَلاقًا فِي غَيْرِ مَا بَأْسٍ فَحَرَامٌ عَلَيْهَا رَائِحَةُ الْجَنَّة
“Siapa saja wanita yang meminta (menuntut) cerai kepada suaminya tanpa alasan yang dibenarkan maka diharamkan bau surga atas wanita tersebut.” (HR. Abu Dawud, Al-Tirmidzi, dan Ibnu Majah. Dishahihkan Syaikh Al-Albani dalam Shahih Abi Dawud)
Tentunya, larangan di atas memiliki pengecualian. Di mana seorang wanita muslimah boleh menggugat cerai suaminya dan tidak berdosa dengan sebab itu. Sebab, jika ia tetap dalam ikatan pernikahan dengan suaminya tersebut akan tertimpa bahaya pada agama atau dunianya.
Salah satu sebab yang membolehkan wanita muslimah menggugat cerai suaminya adalah apabila ada cacat dalam agama suaminya seperti suka meninggalkan shalat, tidak puasa Ramadhan tanpa udzur syar’i, atau melakukan perbuatan haram seperti zina dan mabuk-mabukan, maka dibolehkan bagi seorang istri menuntut cerai (khulu’).
[Baca: Ancaman Keras atas Wanita yang Minta Cerai Tanpa Alasan yang Benar]
Jika maksud selingkuhnya suami adalah berzina maka ini dan tidak merasa berdosa dengan itu maka Anda berhak menggugat cerai suami. Anda tidak berdosa dengan itu. Apalagi dia tidak bertanggung jawab terhadap istri dan anak-anaknya.
Namun, apabila maksudnya 'selingkuh' adalah suami menikah lagi dengan cara syar'i maka Ibu penanya tidak boleh menggugat cerai dengan sebab itu. Wallahu a'lam. [PurWD/voa-islam.com]
Pikirkan lagi faktor-faktor penting lainnya
Seperti disebutkan sebelumnya, ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan istri sebelum minta cerai. Mulai dari kondisi psikis anak, hingga faktor ekonomi keluarga. Pikirkan matang-matang soal faktor ini sebelum memutuskan, supaya tidak membuat keputusan yang keliru ya, Bunda.
Berikan waktu untuk berpikir bagi diri sendiri, jika perlu libatkan konselor pernikahan. Jangan terburu-buru membuat keputusan cerai, karena efeknya justru bisa sangat mengganggu di kemudian hari.
Seperti dikutip dari Your Tango, ada baiknya Bunda juga memberikan waktu bagi suami untuk memberi penjelasan. Terutama jika ia sudah mengetahui niat cerai yang terpikirkan oleh Bunda. Ini penting guna melihat apakah masih ada niat meneruskan pernikahan dari sisi suami.
Pertimbangkan baik-baik sebelum meminta cerai ya, Bunda!
Simak juga video hikmah perceraian di mata Kirana Larasati:
[Gambas:Video Haibunda]
ZIGI – Aktris Taiwal Barbie Hsu mengumumkan menikah dengan musisi Korea Selatan bernama Koo Jun Yup. Pengumuman ini tidak lama setelah Barbie Hsu bercerai dari Wang Xiaofei.
Barbie Hsu dan Koo Jun Yup diketahui merupakan mantan kekasih sebelum takdir membawa mereka ke pelaminan. Seperti apa kisah cinta Barbie Hsu dan Koo Jun Yup? Simak artikel selengkapnya!
Baca juga: Kisah Cinta Barbie Hsu dan Suami, Pacaran 20 Hari Kini Gugat Cerai
Lihat perubahan sikap suami
Sebelum meminta cerai, perhatikan dulu bagaimana sikap suami setelah ketahuan selingkuh. Apakah ada perubahan menuju arah lebih baik atau penyesalan yang mendalam? Bisa jadi selingkuh terjadi sesaat dan suami sebenarnya masih ingin melanjutkan pernikahan, serta mau berkomitmen untuk tidak mengulanginya lho, Bunda.
Rabu, 12 Jumadil Akhir 1446 H / 14 Desember 2022 14:00 wib
Kisah Asmara Barbie Hsu
Photo : Instagram/@barbiehsu_das
Saat menjadi bintang tamu di sebuah program televisi Korea pada 2010, Koo Jun Yup menjelaskan bahwa pertemuan pertamanya dengan Barbie Hsu di sebuah konser di Taiwan tahun 1997.
Keduanya lantas putus setelah satu tahun pacaran diam-diam. Kala itu management Koo tidak setuju atas hubungan mereka. Maklum, grup Clon sedang berada di masa puncak popularitas mereka.
Kemudian popularitas Barbie Hsu sebagai aktris juga melejit setelah membintangi serial Meteor Garden (2001) sebagai Shancai. Barbie Hsu dan Jerry Yan tidak pernah pacaran, terlepas dari chemistry yang kuat di depan kamera.
Di tahun 2010, Barbie Hsu menikah dengan pengusaha bernama Wang Xiaofei. Keduanya dikaruniai seorang anak perempuan tahun 2014 dan seorang anak laki-laki lahir di 2016. Setelah 10 tahun menikah, Barbie Hsu dan Wang Xiaofei cerai pada November 2021.
Kini tiga bulan setelah cerai, Barbie Hsu menikah lagi dengan mantan pacarnya, Koo Jun Yup. Menurutnya, hidup memang penuh ketidakpastian.
“Aku mensyukuri kebahagiaan yang kumiliki sekarang. Aku berterima kasih atas semua hal yang menuntunku hingga berada di titik ini,” tulis Barbie Hsu di Instagram @hsushiyuan membalas pengumuman Koo Jun Yup.
Baca juga: Barbie Hsu dan Wang Xiaofei Resmi Cerai, Bagi Aset Rp627 Miliar
darulmaarif.net – Indramayu, 02 Juni 2024 | 01.00 WIB
Judi Online makin mereshakan banyak pihak. Perjudian, dalam ragam bentuk dan jenisnya tidak hanya merugikan diri sendiri, tapi juga merugikan orang lain. Lebih-lebih Judi Online, tidak hanya merugikan orang di sekitar, tapi berdampak massif dan berskala nasional merugikan negara. Bagi yang sudah berkeluarga, Judi Online berdampak mengganggu stabilitas ekonomi keluarga, bahkan bisa sampai merusak keharmonisan rumah tangga pasangan suami istri.
Dalam konteks rumah tangga, judi online yang dilakukan suami seseringkali menjadikan istri dan anak sebagai korban. Kerapkali bagi suami yang kecanduan Judi online tidak memberikan nafkah untuk anak dan istri, uang yang semestinya dibelanjakan untuk kebutuhan keluarga malah dipakai untuk main judi.
Dampak buruk lain yang sering terjadi akibat suami kecanduan judi online cenderung tempramental dan mudah marah. Akibatnya, istri dan anak bisa jadi korban pelampiasan dari suami yang kalah dari judi online.
Lantas, menanggapi hal dmeikian muncul pertanyaan: bagaimana hukumnya seorang istri yang menggugat cerai dengan alasan suami yang kecanduan judi online?
Menurut tinjauan Fikih, hak talak hanya ada pada suami. Namun demikian, istri masih mempunyai hak mengajukan gugatan cerai. Hal ini tidak lain untuk memberikan perlindungan kepada pihak perempuan atau istri dari bahaya yang mungkin mengancamnya.
Gugatan cerai yang dilakukan pihak istri kepada suami disebut sebagai khulu’. Khulu’ pada dasarnya tidak diperbolehkan, kecuali bila memenuhi persyaratan yang dibenarkan menurut hukum syara’.
حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ، عَنْ أَيُّوبَ، عَنْ أَبِي قِلَابَةَ، عَنْ أَبِي أَسْمَاءَ، عَنْ ثَوْبَانَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” أَيُّمَا امْرَأَةٍ سَأَلَتْ زَوْجَهَا الطَّلَاقَ فِي غَيْرِ مَا بَأْسٍ فَحَرَامٌ عَلَيْهَا رَائِحَةُ الْجَنَّةِ.
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami [Sulaiman bin Harb] berkata, telah menceritakan kepada kami [Hammad bin Zaid] dari [Ayyub] dari [Abu Qilabah] dari [Abu Asma] dari [Tsauban] ia berkata, “Rosululloh Saw bersabda: “Wanita mana saja yang minta cerai kepada suaminya bukan karena alasan yang dibenarkan, maka ia tidak akan mendapatkan bau surga.” (HR. Imam Ibnu Majah)
Adapun alasan-alasan yang dibenarkan agama adalah sebagaimana yang disampaikan Ibnu Qudamah dalam al-Mughni,
وجمله الأمر أن المرأة إذا كرهت زوجها لخلقه أو خلقه أو دينه أو كبره أو ضعفه أو نحو ذلك وخشيت أن لا تؤدي حق الله في طاعته جاز لها أن تخالعه بعوض تفتدي به نفسها منه
Artinya: “Kesimpulan masalah ini, bahwa seorang wanita, jika membenci suaminya karena akhlaknya atau karena fisiknya atau karena agamanya, atau karena usianya yang sudah tua, atau karena dia lemah, atau alasan yang semisalnya, sementara dia khawatir tidak bisa menunaikan hak Alloh dalam mentaati sang suami, maka boleh baginya untuk meminta khulu’ (gugat cerai) kepada suaminya dengan memberikan biaya/ganti untuk melepaskan dirinya.” (al-Mughni, VII/323)
Dengan alasan suami kecanduan judi online, istri diperbolehkan melakukan gugatan cerai (khulu’) dengan alasan buruknua akhlak dan agama suami, atau alasan tidak diberi nafkah. Hal ini sebagaimana diterangkan Syekh Zakaria Al-Anshari dalam kitabnya, Asnal Matholib, sebagai berikut:
وَيَصِحُّ فِي حَالَتَيْ الشِّقَاقِ وَالْوِفَاقِ وَذِكْرُ الْخَوْفِ فِي الْآيَةِ جَرَى عَلَى الْغَالِبِ. (وَلَا يُكْرَهُ عِنْدَ الشِّقَاقِ أَوْ) عِنْدَ (كَرَاهِيَتِهَا لَهُ) لِسُوءِ خُلُقِهِ أَوْ دِينِهِ أَوْ غَيْرِهِ (أَوْ) عِنْدَ خَوْفِ (تَقْصِيرٍ) مِنْهَا (فِي حَقِّهِ) أَوْ عِنْدَ حَلِفِهِ بِالطَّلَاقِ الثَّلَاثِ مِنْ مَدْخُولٍ بِهَا عَلَى فِعْلِ مَا لَا بُدَّ لَهُ مِنْ فِعْلِهِ وَذَلِكَ لِلْحَاجَةِ إلَيْهِ وَلِلْخَبَرِ السَّابِقِ فِي خَوْفِ التَّقْصِيرِ قَالَ فِي الْأَصْلِ وَأَلْحَقَ الشَّيْخُ أَبُو حَامِدٍ بِذَلِكَ مَا لَوْ مَنَعَهَا نَفَقَةً أَوْ غَيْرَهَا فَافْتَدَتْ لِتَتَخَلَّصَ مِنْهُ انْتَهَى
Artinya, “Dan khulu’ sah dilakukan baik dalam kondisi perselisihan maupun dalam kondisi damai, meskipun dalam ayat disebutkan tentang ketakutan, hal itu berlaku pada kebanyakan kasus.
Khulu’ tidak dimakruhkan dalam kondisi perselisihan atau ketika istri membenci suaminya karena keburukan akhlaknya, agamanya, atau hal lain, atau ketika istri khawatir tidak dapat memenuhi hak-hak suami, atau ketika suami bersumpah dengan tiga talak pada istri yang telah digauli untuk melakukan sesuatu yang harus dilakukannya karena kebutuhan, dan berdasarkan hadits yang disebutkan sebelumnya tentang ketakutan akan ketidakpatuhan.
Hal ini disebutkan dalam kitab asal . Syekh Abu Hamid menyamakan dengan kasus ini jika suami menahan nafkah atau hak-hak lainnya, sehingga istri menebus dirinya untuk membebaskan diri darinya.” (Zakariya bin Muhammad bin Zakariya Al-Anshari, Asnal Mathalib fi Syarhi Raudhut Thalib, [Beirut, Dar Kutub Islami], juz III, halaman 241).
Dapat disimpulkan bahwa seorang istri boleh menggugat atau meminta cerai kepada suami yang kecanduan judi online dengan memberikan sejumlah kompensasi (‘iwadh) karena seorang yang kecanduan judi online dapat dipastikan akhlak dan agamanya buruk.
Hal ini dilakukan demi melindungi hak-hal istri dari perlakuan tidak baik dari suami. Terlebih, jika suami memang sudah kecanduan judi online dan sulit dinasehati bahkan kerap bertindak kasar pada istri. Tentunya pilihan cerai merupakan opsi terkahir jika langkah-langkah optimal perbaikan sudah ditempuh sedemikian rupa.
Semoga bermanfaat. Wallohu a’lam.
Rumah tangga yang harmonis adalah dambaan bagi setiap pasangan suami istri. Namun, terkadang hadir permasalahan yang dapat mengganggu keharmonisan tersebut. Salah satu permasalahan yang saat ini bisa dijumpai di zaman digital adalah kecanduan judi online pada suami. Judi online yang awalnya mungkin hanya dianggap sebagai hiburan, lama kelamaan bisa berakibat fatal.
Dampak negatif dari kecanduan judi online tidak hanya dirasakan oleh pelakunya sendiri, tetapi juga bisa meluas dan mempengaruhi kehidupan keluarganya. Istri yang tadinya memiliki harapan untuk membangun masa depan bersama suami, bisa jadi terpuruk karena perilaku tersebut. Mulai dari masalah keuangan keluarga yang terganggu, pertengkaran yang terus menerus, hingga hilangnya rasa percaya antara suami dan istri.
Lantas bolehkah istri menuntut perceraian karena suami kecanduan judi online?
Dalam literatur Islam, tuntutan talak (perceraian) dari pihak istri dikenal dengan istilah Khulu’. Khulu’ adalah tuntutan perceraian dari pihak istri dengan kompensasi yang diberikan kepada suami. Sebagaimana telah dijelaskan dalam kitab Al Fiqh Al Manhaji juz 4 halaman 127 berikut:
وهو كل فُرْقةٍ جرت على عوض تدفعه الزوجة للزوج
Artinya: “Khulu’ adalah setiap talak (perceraian) dengan adanya kompensasi yang diberikan istri kepada suami.”
Terkait hukum Khulu’, ulama cenderung memperbolehkannya, baik Khulu’ itu terjadi karena adanya perselisihan dari kedua pasangan atau dengan jalan kesepakatan tanpa adanya perselisihan. Sebagaimana telah dijelaskan dalam kitab Al Mausuah Al Fiqhiyyah juz 19 halaman 240 berikut:
يَصِحُّ الْخُلْعُ فِي حَالَتَيِ الشِّقَاقِ وَالْوِفَاقِ، ثُمَّ لَا كَرَاهَةَ فِيهِ إِنْ جَرَى فِي حَال الشِّقَاقِ، أَوْ كَانَتْ تُكْرَهُ صُحْبَتُهُ لِسُوءِ خُلُقِهِ، أَوْ دِينِهِ
Artinya: “Khulu’ boleh terjadi baik dalam keadaan perselisihan atau adanya kesepakatan, kemudian tidak ada hukum makruh ketika Khulu’ terjadi dalam keadaan perselisihan, atau istri membenci suami karena buruk akhlak dan agamanya.”
Senada dengan hal ini, dalam kitab Raudatut Thalibin Wa Umdatu Al Muftin juz 7 halaman 374 dijelaskan bahwa seorang istri diperbolehkan menuntut Khulu’ kepada suami karena sebab akhlak, agama, dan lain lain, penjelasan lengkapnya sebagai berikut:
أَنَّ الْمَرْأَةَ إذَا كَرِهَتْ زَوْجَهَا، لِخَلْقِهِ، أَوْ خُلُقِهِ، أَوْ دِينِهِ، أَوْ كِبَرِهِ، أَوْ ضَعْفِهِ، أَوْ نَحْوِ ذَلِكَ، وَخَشِيَتْ أَنْ لَا تُؤَدِّيَ حَقَّ اللَّهَ تَعَالَى فِي طَاعَتِهِ، جَازَ لَهَا أَنْ تُخَالِعَهُ بِعِوَضٍ تَفْتَدِي بِهِ نَفْسَهَا مِنْهُ
Artinya: “Seorang istri ketika ia membenci suaminya disebabkan akhlaknya, fisiknya, agamanya, umurnya, kelemahannya dan lain lain dan si istri takut tidak menjalankan ketaatan kepada Allah swt, maka boleh bagi istri menuntut Khulu’ kepada suami dengan kompensasi untuk menebus dirinya.”
Dengan demikian secara hukum Islam, tuntutan perceraian dari pihak istri karena sang suami kecanduan judi online adalah diperbolehkan. Mengingat di samping judi online dilarang keras dalam agama, dampak negatif dari kecanduan judi online sangat merugikan bagi kelangsungan bahtera rumah tangga. Wallahu a’lam bis shawab.
Ahmad Yaafi KholilurrohmanPenikmat Insight Keislaman, Alumni Ma'had Aly Situbondo, Jawa Timur
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!
Suara.com - Dalam menjalani kehidupan rumah tangga, tak jarang terjadi masalah, bahkan timbul peristiwa Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Tak jarang, orang yang mengalami KDRT memilih untuk mengajukan cerai terhadap pasangannya. Lantas bagaimana hukum Islam minta cerai karena KDRT?
KDRT merupakan sebuah tindakan pelanggaran hukum dalam Undang-Undang positif, hal ini diatur pada UU Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (PKDRT) dengan hukuman pidana 5 tahun dan denda Rp15 juta.
Selama ini, KDRT identik dengan tindakan yang mengarah pada perbuatan kriminalis seperti pemukulan, penamparan, penganiayaan, intimidasi, dan hal yang melukai badan lainnya. Namun KDRT juga bisa bersifat spiritual emosional, dan perkara-perkara yang tidak kasat mata. Nah, di dalam Islam hukum mengenai KDRT juga telah dijelaskan oleh beberapa ulama.
Hukum Islam Minta Cerai Karena KDRT
Baca Juga: 10 Tanda Pelaku KDRT Tidak Akan Berubah, Seperti Armor Toreador Suami Cut Intan Nabila?
Salah satu hukum KDRT dalam Islam dijelaskan oleh Buya Yahya, dalam tayangan di kanal YouTube Al-Bahjah TV, yang diunggah pada tanggal 20 Desember 2020. Beliau menanggapi terkait hukum KDRT di dalam Islam.
Apabila benar seorang istri sudah mengabdi bahkan merajakan seorang suami, maka ia tidak termasuk istri yang durhaka. Sebaliknya, bila istri sudah bersikap demikian namun sang suami justru menyepelekan bahkan bersikap kasar hingga memukul, maka bisa dibilang ia termasuk suami yang durhaka.
Oleh sebab itu, istri yang dipukul boleh mengajukan cerai kepada suami. Jangankan dipukul berkali-kali, baru dipukul satu kali saja istri sudah diperkenankan untuk meminta cerai kepada suami. Karena sejatinya perempuan ada bukan untuk dipukuli.
Lebih lanjut, menurut Buya Yahya, meminta tolong kepada orang lain saat dizalimi itu bukan perbuatan yang salah. Selain itu, kita juga diperkenankan cerita kepada orang yang akan bisa menolong, asalkan seperlunya dan tidak menggunjing.
Akan tetapi, sebelum mengajukan gugatan cerai, Buya Yahya mengingatkan tentang bahaya perceraian. Salah satunya yaitu kemampuan hidup seorang perempuan setelah ia menyandang status janda. Sebab setelah cerai, seorang wanita tidak bisa menyalurkan kebutuhan batin seperti saat masih berumah tangga.
Baca Juga: Wajib Tahu Jenis-Jenis KDRT, Agar Tak Bernasib Seperti Cut Intan Nabila
Di sisi lain, Ketua Lembaga Bahtsul Masail PWNU Lampung KH Munawir menjelaskan, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang dilakukan oleh seorang suami kepada istrinya hukumnya adalah haram. Perilaku KDRT ini bisa menjadi dasar atau alasan seorang istri menggugat cerai suaminya. Bahkan pengadilan pun bisa menjatuhkan cerai tanpa ada gugatan dari sang istri.
Itu tadi penjelasan mengenai hukum Islam minta cerai karena KDRT. Akhir-akhir ini KDRT menjadi isu yang sering terjadi dan kebanyakan korbannya adalah wanita dan anak-anak. Semoga Allah SWT menjauhkan kita dari tindakan zalim ini.
Kontributor : Putri Ayu Nanda Sari
Saat suami ketahuan selingkuh, salah satu hal yang kerap langsung dipikirkan oleh istri adalah minta cerai. Tapi bolehkah istri minta cerai?
Paling penting, sebelum meminta cerai ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan oleh istri. Terutama jika keluarga sudah dikaruniai oleh anak.
Seperti diketahui, kesehatan psikis dan masa depan anak masih sangat terpengaruh oleh orang tuanya. Jika perceraian tetap dilakukan dan tidak berakhir dengan baik, bukan tidak mungkin psikis anak bisa terganggu, Bunda.
Selain itu, faktor lain seperti ekonomi juga menjadi salah satu hal yang perlu dipertimbangkan sebelum istri minta cerai dari suami selingkuh.
Nah, berikut hal-hal yang perlu dipertimbangkan soal boleh atau tidaknya istri minta cerai pada suami yang selingkuh:
Pertimbangan dalam agama Islam
Dalam agama Islam, gugatan cerai dibagi menjadi dua istilah: fasakh dan khuluk. Fasakh adalah lepasnya ikatan nikah antara suami istri, di mana istri tidak mengembalikan maharnya atau memberikan kompensasi pada suaminya.
Sementara khuluk adalah pengajuan talak oleh istri, namun ia perlu mengembalikan sejumlah harta atau maharnya kepada suami. Sedikit berbeda dari talak, tidak ada rujuk dalam khuluk.